Rabu, 29 Maret 2017

Sejarah kebudayaan Islam

  1. Biografi Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a

  1. Riwayat Singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar Ash Shiddiq lahir pada tahun 568 M atau 55 tahun sebelum hijrah.1 Dia merupakan khalifah pertama dari Khulafa'ur Rasyidun, sahabat Nabi Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun).
Nama aslinya adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasyi at-Taimi. Bertemunasabnya dengan Rasulullah pada kakeknya, Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai.2
Dan Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim. Berarti ayah dan ibunya berasal dari kabilah Bani Taim.3
Abu bakar kecil bernama Abdul Ka’bah. Dan gelar Abu bakar diberikan oleh Rasulullah karena ia orang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar Ash-Shiddiq yang berarti “amat membenarkan” adalah gelar yang diberikan kepadanya karena ia amat segera membenarkan Rasulullah SAW dalam berbagai macam peristiwa, terutama peristiwa Isra’ Mi’raj.4
  1. Ciri Fisik Dan Karakter Akhlak Abu Bakar Ash-Shiddiq

Aisyah r.a. menerangkan ciri fisik bapaknya dengan mengatakan, “Beliau berkulit putih, kurus, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggang (sehingga kainnya selalu melorot dari pinggangnya), wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya, berkening lebar, memiliki urat tangan yang tampak menonjol, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan memakai daun pacar (hinai) maupun daun pohon al-Katm.” Begitulah karakter fisik beliau.5
Sedangkan karakter akhlaknya, beliau terkenal dengan kebaikan, keberanian, kokoh pendirian, selalu memiliki ide-ide yang cemerlang dalam keadaan genting, murah hati, penyabar, memiliki azimah (keinginan kuat), faqih, paling mengerti dengan garis keturunan (nasab) Arab dan berita-berita tentang mereka, sangat bertawakkal kepada Allah dan yakin dengan segala janji-Nya, bersifat wara’ dan jauh dari segala syubhat, zuhud terhadap dunia, selalu mengharapkan apa-apa yang lebih baik di sisi Allah, serta lembut dan ramah.6
  1. Faktor-faktor Terpilihnya Abu Bakar Menjadi Khalifah

Abu Bakar memangku jabatan khalifah berdasarkan pilihan yang berlangsung sangat demokratis di Muktamar Tsaqifah Bani Sa’idah, memenuhi tata cara perundingan yang dikenal dunia modern saat ini. Kaum Anshar menekankan pada persyaratan jasa (merit), mereka mengajukan calon Sa’ad ibn Ubadah. Kaum Muhajirin menekankan pada persyaratan kesetiaan, mereka mengajukan calon Abu Ubaidah ibnu Jarrah. Sementara itu dari Ahlul Bait menginginkan agar Ali ibn Abi Thalib menjadi khalifah atas dasar kedudukannya dalam Islam, juga sebagai menantu dan karib Nabi. Hampir saja perpecahan terjadi bahkan adu fisik. Melalui perdebatan dengan beradu argumentasi, akhirnya Abu Bakar disetujui oleh jamaah kaum muslimin untuk menduduki jabatan khalifah.7
Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau berpidato. Dalam pidatonya itu dijelaskannya siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan. Inilah kutipan beberapa prinsip-prinsip yang diucapkan dalam pidatonya, antara lain beliau berkata : “ Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik, ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka betulkanlah! Orang yang kamu pandang kuat, saya pandang lemah, hingga aku dapat mengambil hak daripadanya, sedang orang yang kamu pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi bilamana aku tiada menaati Allah dan Rasul-Nya kamu tak perlu menaatiku.”8
Adapun faktor-faktor terpilihnya Abu Bakar antara lain:
  1. Menurut pendapat umum yang ada pada zaman itu, seorang khalifah (pemimpin) haruslah berasal dari suku Quraisy; pendapat ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi "al-aimmah min Quraisy" (kepemimpinan itu di tangan orang Quraisy).
  2. Sahabat sependapat tentang ketokohan pribadi Abu Bakar sebagai khalifah karena beberapa keutamaan yang dimilikinya, antara ia adalah laki-laki dewasa pertama yang memeluk Islam, ia satu-satunya sahabat yang menemani Nabi SAW pada saat hijrah dari Makkah ke Madinah dan ketika bersembunyi di Gua Tsur, ia yang ditunjuk oleh Rasulullah SAW untuk mengimami shalat pada saat beliau sedang uzur, dan ia keturunan bangsawan, cerdas, dan berakhlak mulia.
  3. Beliau sangat dekat dengan Rasulullah SAW, baik dalam bidang agama maupun kekeluargaan. Beliau seorang dermawan yang mendermakan hartanya untuk kepentingan Islam.9
  1. Menyelamatkan Islam Dari Bahaya Besar

Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar dihadapkan pada keadaan masyarakat sepeninggal Muhammad saw. Ia bermusyawarah dengan para sahabat untuk menentukan tindakan yang harus diambil dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Meski terjadi perbedaan pendapat tentang tindakan yang akan dilakukan dalam menghadapi kesulitan yang memuncak tersebut, kelihatan kebesaran jiwa dan ketabahan hatinya. Seraya bersumpah dengan tegas ia menyatakan akan memerangi semua golongan yang menyimpang dari kebenaran (orang-orang murtad, tidak mau membayar zakat, dan mengaku diri sebagai nabi), sehingga semuanya kembali ke jalan yang benar atau harus gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemuliaan agama Allah.10
Dalam memerangi kemurtadan, Abu Bakar membentuk sebelas pasukan, yang masing-masing dipimpin oleh Khalid ibnu Walid, Amr bin ‘Ash dan lain-lain. Sebelum pasukan dikirim ke daerah yang dituju, terlebih dahulu dikirim surat yang menyeru agar kembali kepada ajaran Islam, namun tidak mendapatkan sambutan. Terpaksa pasukan dikirimkan dan membawa hasil yang gemilang.11Adapun orang-orang yang mengaku dirinya jadi nabi antara lain al-Aswad al-‘Ansi di Yaman, Thulaihah bin Khuwailid dari Bani Asad, dan yang paling berbahaya adalah Musailimah al-Kazzab dari Bani Hanifah di Yamamah serta istrinya Sajah dari Bani Tamim.12
Adapun orang-orang yang tidak mau membayar zakat di antaranya ada yang semata-mata karena kedegilannya. Orang-orang ini memandang zakat suatu pajak yang dipaksakan, karena itu mereka tidak mau mematuhinya. Adapun mereka salah dalam memahami Qs. At-Taubah: 103, mereka mengira hanya nabi Muhammad yang berhak memungut zakat, karena beliaulah yang disuruh mengambil zakat pada ayat tersebut.13
Selain itu Abu Bakar juga melakukan ekspansi wilayah ke Persia dan Rumawi. Minat kaum muslimin untuk memerangi bangsa Rumawi lebih besar dari minat mereka untuk memerangi bangsa Persia. Hal ini disebabkan karena gangguan bangsa Rumawi terhadap kaum Muslimin lebih besar dari pada gangguan bangsa Persia. Lagi pula negeri Syam, Mesir, dan Palestina adalah merupakan negara-negara jajahan bangsa Rumawi, yang semiang kalam pun tiada menaruh keikhlasan terhadap bangsa Rumawi itu.14
Abu Bakar mengirim balatentara Islam ke Persia di bawah pimpinan Khalid ibnu Walid dibantu oleh al-Mutsanna ibnu Haritsah, Lasykar ini dapat mengalahkan kerajaan Manadzirah dan menduduki kota Hirah dan Anbar. Setelah kota Hirah dan Anbar diduduki, lasykar Islam mara ke pedalaman Persia. Tetapi, balatentara yang dikirim oleh Abu Bakar memerangi bangsa Rumawi mengalami kesulitan, sehingga Abu Bakar memerintahkan Khalid ibnu Walid untuk berangkat ke negeri Rumawi.15
Abu Bakar sendiri mengumpulkan balatentara yang besar jumlahnya untuk dikirim ke negara Rumawi. Lasykar ini dibagi Abu Bakar atas empat pasukan, yaitu:16
  1. Satu pasukan dipimpin oleh Abu ‘Ubaidah ibnu Jarrah yang pernah diberi julukan oleh Nabi: “Aminul Ummah” (kepercayaan umat). Pasukan ini dikirim ke Himsh. Abu ‘Ubaidah juga diberi tugas sebagai Pemegang pimpinan tertinggi dari keempat pasukan ini.
  2. Satu pasukan di bawah pimpinan Yazid ibnu Abi Sufyan, dikirim ke Damaskus.
  3. Satu pasukan dipimpin oleh ‘Amr ibnul Ash dikirim ke Palestina.
  4. Satu pasukan di bawah pimpinan Syurahbil ibnu Hasanah dikirim ke lembah Jurdania.
Mulanya lasykar yang ke Syam itu semuanya berjumlah 12.000 orang, tetapi kemudian ditambah sampai menjadi 24.000 orang.17
Demikianlah jasa-jasa yang dilakukan khalifah Abu Bakar semasa kepemimpinannya, yang kemudian akan diteruskan oleh khalifah Umar bin Khattab.
  1. Akhir Pemerintahan

  1. Awal Sakitnya

Pemerasan tenaga dan usianyalah yang telah mempercepat kematian khalifah Rasulullah saw yang pertama. Disebutkan bahwa sakit dan wafatnya disebabkan oleh ulah orang-orang yahudi yang memasukkan racun ke dalam makanan yang ia santap bersama kawannya, Attab bin Usaid. Al-Harits bin Kaldah juga memakannya namun hanya sedikit, kemudian berhenti. Racun ini bereaksi dalam waktu yang lama, dapat mematikan dengan selang waktu satu tahun sejak dimakan. Ternyata Attab wafat di Makkah bersamaan harinya dengan Abu Bakar di Madinah. Riwayat ini sanadnya tidak kuat.18
Riwayat yang kuat mengenai sakit dan wafat Abu Bakar bersandar pada putrinya, Aisyah Ummul Mukminin. Putra Abdurrahman berkata, “penyebab sakitnya Abu Bakar adalah dia mandi malam pada musim dingin. Setelah itu ia menderita demam dan panas selama 15 hari. Ia tidak keluar untuk menjadi imam dan menyuruh Umar bin Khatab untuk menggantikannya.”19
  1. Wasiat Abu Bakar

  1. Menunjuk Umar melanjutkan tampuk pemerintahan.
  2. Menyedekahkan seperlima dari hartanya.
  3. Kepada Aisyah, Abu Bakar mewasiatkan agar memberikan hewan ternak yang banyak susunya serta ash-Shaiqal budak yang selalu membantu kaum Muslimin kepada Umar.

  1. Wafatnya Abu Bakar

Ketika beliau dalam kondisi sekarat, ada yang berkata kepadanya, “Maukah Anda jika kami carikan seorang tabib atau dokter?” Maka spontan dia menjawab, “Dia telah melihatku (maksudnya Allah) dan Dia berkata,”Sesungguhnya Aku akan berbuat apa-apa yang Kukehendaki.”20
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Abu Bakar ash-Shiddiq wafat pada hari senin di malam hari, ada yang mengatakan bahwa Abu Bakar wafat setelah Maghrib dan dikebumikan pada malam itu juga yaitu tepatnya delapan hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir tahun 13 H, setelah beliau mengalami sakit selama 15 hari. Beliau wafat pada usia 63 tahun, persis dengan usia Nabi saw. Ia memegang kepemimpinan selama dua tahun tiga bulan.21 Semoga Allah yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada arwah beliau.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Abu Bakar telah menumpas gerakan riddah serta pemberontakan bangsa Arab yang timbul saat Rasulullah SAW wafat, hingga sempat menegangkan seluruh negara Arab. Ia juga membuka Irak. Pasukannya hampir memasuki ibu kotanya, al-Madain. Di samping itu, ia juga menyerbu Syam. Kemenangan selalu membuntutinya, sehingga benderanya dapat berkibar di Damaskus. Dialah yang menegakkan pemerintahan di negerinya atas dasar syura. Dia pula yang telah mengumpulkan kitab Allah SWT. Ia juga telah merampungkan pekerjaan besar, yakni menjaga agama yang suci di tempat diturunkannya. Ia pun siap membentuk Khilafah Islamiyah serta menyebarkan agama yang suci di dalamnya. Akhirnya, ia menegakkan hukum bersama rakyatnya berdasarkan landasan yang kuat, yakni kesadaran dan keadilan. Semua itu ia lakukan selama dua tahun tiga bulan.

Daftar Pustaka
Fu’adi,Imam . Sejarah Peradaban Islam.Yogyakarta: Teras. 2011
http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id/2014/05/islam-periode-khalifah-abu-bakar.html, diakses pada hari Sabtu 07 November 2015, pukul 10.23
Katsir, Al-Hafizh Ibnu. Tartib Wa Tahzib Kitab Al-Bidayah Wan Nihayah. Jakarta: Darul Haq, 2012
Maryam, Siti,dkk. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. Yogyakarta: Lesfi. 2002
Haikal, Muhammad Husain, Khalifah Rasulullah Abu Bakar Ash-Shiddiq (Diterjemahkan Abdulkadir Mahdami). Solo: CV.Pustaka Mantiq, 1994)
Syalabi, A. Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I, (Diterjemahkan Muchtar Yahya). Jakarta: Pustaka al-Husna. 2007


1 http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id/2014/05/islam-periode-khalifah-abu-bakar.html, diakses pada hari Sabtu 07 November 2015, pukul 10.23
2 Al-Hafizh ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj. Abu Ihsan Al-Atsari (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 5.
3 Ibid
4 Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Teras), hlm. 19-20.
5 Al-Hafizh ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj. Abu Ihsan Al-Atsari (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 5-6.
6 Ibid., hlm. 6.
7 Siti Maryam dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2012), hlm. 45.
8 Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I, terj. Muchtar Yahya (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2007), hlm. 196.
9 http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id/2014/05/islam-periode-khalifah-abu-bakar.html, diakses pada hari Sabtu 07 November 2015, pukul 10.23
10 Siti Maryam dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern (Yogyakarta: LESFI, 2012), hlm. 47.
11 Ibid
12 Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, terj. Muchtar Yahya (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2007), hlm. 198-199.
13 Lihat al-Qur’an: 9; at-Taubah, 103.
14 Lihat Ahmad Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Jilid I, terj. Muchtar Yahya (Jakarta: Pustaka al-Husna, 2007), hlm. 209-214.
15 Ibid
16 Ibid
17 Ibid
18 Muhammad Husain Haikal, Khalifah Rasulullah Abu Bakar ash-shiddiq, terj. Abdulkadir Mahdamy (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1994), hlm. 345.
19 Ibid
20 Al-Hafizh ibnu Katsir, Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul Yang Agung, terj. Abu Ihsan Al-Atsari (Jakarta: Darul Haq, 2012), hlm. 26.
21 Ibid., hlm. 25-26.

Tidak ada komentar: